ANALISIS TATA NIAGA BAWANG MERAH DI KELURAHAN HARANGGAOL, KECAMATAN HARANGGAOL HORISON, KABUPATEN SIMALUNGUN

Authors

  • Roeskani Sinaga Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Simalungun Author
  • Wahyunita Sitinjak Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Simalungun Author
  • Romauli Simanjuntak Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Simalungun Author
  • Rowilman Purba Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Simalungun Author

Keywords:

Tata Niaga, Bawang Merah, Farmer's share, R/C Ratio

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan saluran tataniaga bawang merah dan fungsi-fungsi saluran tataniaga bawang merah di Kecamatan Haranggaol dan (2) menganalisis margin tataniaga dan efisiensi tataniaga bawang merah di Kecamatan Haranggaol. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara langsung dan pengisian kuisioner yang diajukan kepada responden. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari kajian literatur dan instansi pemerintah lokal yang menyediakan informasi tentang lokasi dan kondisi wilayah penelitian, serta data tambahan dari berbagai dokumen fisik maupun digital. Analisis yang digunakan adalah analisis usahatani dan margin pemasaran bawang merah. Usahatani Bawang merah di Nagori pematang Haranggaol Horison memiliki pendapatan yang besar dan usaha layak dikembangkan karena hasil analisis R/C ratio adalah sebesar 3,22 yang artinya setiap pengeluaran sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 3,22. Sistem Tataniaga bawang merah di Haranggaol melibatkan beberapa tahap dari petani hingga konsumen akhir. Proses ini melibatkan produksi, pengumpulan, distribusi, dan pemasaran. Saluran pemasaran di kecamatan Dolok Silau terbagi menjadi 3 Saluran pemasaran dengan melibatkan 2 lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer yaitu: a) Saluran I : Petani ke Konsumen dan b) Saluran II : Petani ke Pedagang Pengumpul Desa ke Konsumen. Analisis efesiensi pada sistem tataniaga usahatani Bawang merah menunjukkan bahwa pada saluran pemasaran I mendapatkan nila EP 0%, sedangkan pada saluran pemasaran II mendapatkan nilai EP sebesar 15,94 %, sehingga dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran I yang petani menjual bawang merah langsung ke konsumen lebih efisien dibandingkan dengan petani yang menjual bawang merah ke pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer.

The objectives of this study are (1) to describe the shallot trading channels and the functions of the shallot trading channels in Haranggaol District and (2) to analyze the trading margin and efficiency of shallot trading in Haranggaol District. The data used in this study consist of primary data and secondary data, both qualitative and quantitative data. Primary data were obtained through direct observation in the field, direct interviews and filling out questionnaires submitted to respondents. Meanwhile, secondary data were obtained from literature reviews and local government agencies that provide information about the location and conditions of the research area, as well as additional data from various physical and digital documents. The analysis used is the analysis of shallot farming and marketing margin. Shallot farming in Nagori Pematang Haranggaol Horison has a large income and the business is feasible to be developed because the results of the R/C ratio analysis are 3.22, which means that every expenditure of Rp1.00 will get an income of Rp3.22. The shallot trading system in Haranggaol involves several stages from farmers to end consumers. This process involves production, collection, distribution, and marketing. Marketing channels in Dolok Silau sub-district are divided into 3 marketing channels involving 2 marketing institutions, namely village collectors and retailers, namely: a) Channel I: Farmers to Consumers and b) Channel II: Farmers to Village Collectors to Consumers. Efficiency analysis of the shallot farming business trading system shows that in marketing channel I the EP value is 0%, while in marketing channel II the EP value is 15.94%, so it can be said that marketing channel I where farmers sell shallots directly to consumers is more efficient compared to farmers who sell shallots to village collectors and retailers.

Downloads

Published

2025-08-01